Minggu, 28 April 2013

FAKTOR - FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)


ABSTRAK
Faktor-Faktor  Risiko  Kejadian  Penyakit  Jantung  Koroner  (PJK)  Pada  Kelompok Usia < 45 Tahun. (Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RS Telogorejo Semarang)
Risk Factors for Coronary Heart Disease (CHD) in Group of Aged < 45 Year. (Case Study in Dr. Kariadi Hospital Semarang and Telogorejo Hospital Semarang)
M. Supriyono, Soeharyo Hadisaputro, Sugiri, Ari Udiyono, M. Sakundarno Adi.
Program Magister Epidemiologi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Latar belakang :  Tahun  1999  sedikitnya  55,9  juta  atau  setara  30,3 %  kematian  di  seluruh  dunia  disebabkan  penyakit  jantung.  Menurut  WHO,  60  %  dari  penyebab  kematian penyakit  jantung adalah PJK. Di  Indonesia, penyakit  jantung  juga meningkat  sebagai penyebab kematian, data SKRT  tahun 1996 menunjukkan bahwa  tahun  1975 (5,9 %), tahun 1981 (9,1%), tahun 1986 (16,0%) dan  tahun 1995 (19,0%). 
Tujuan : Mengetahui besarnya  risiko  :    faktor  risiko yang dapat dimodifikasi dan  tidak dapat dimodifikasi terhadap kejadian PJK pada usia < 45 tahun.
Metode : Penelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol. Jumlah sampel 80 kasus dan 80 kontrol. Kasus adalah pasien PJK dan kontrol adalah pasien bukan PJK yang  pernah  dan  sedang  dirawat  di RSUP Dr. Kariadi  dan RS Telogorejo  Semarang yang  diperoleh  dari  observasi  langsung  dan  dari  data  rekam  medis  yang  memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil  :  Analisa  multivariate  menunjukkan  bahwa  faktor-faktor  yang  terbukti  berisiko terhadap  kejadian  PJK  pada  usia <  45  tahun  adalah  :  riwayat  penyakit  DM  dalam keluarga  (p=0,005; OR=3,0 95% CI=1,4-6,4), merokok  (p=0,028; OR=2,3; 95% CI=1,1-5,0),  penyakit  DM  (p=0,0001;  OR=5,7;  95%  CI=2,6-12,6),  dislipidemia  (p=0,029; OR=2,8; 95% CI=1,1-7,1) dan hipertrigliseridemia (p=0,021; OR=2,7; 95% CI=1,2-6,1).
Simpulan : Berdasarkan analisis multivariate, faktor risiko PJK pada kelompok usia < 45 tahun adalah: dislipidemia, kebiasaan merokok, penyakit DM   dan penyakit DM dalam keluarga.
Saran  :  Perilaku  hidup  sehat  dengan  tidak  merokok,  olah  raga  teratur,  konsumsi makanan  sehat  dan  konsumsi  kolesterol  yang  beribang  serta  tidak  stress merupakan faktor penting untuk mencegah terjadinya PJK.
PENDAHULUAN
Penyakit  jantung  koroner merupakan  penyakit  yang  banyak diderita  oleh  masyarakat. Penyakit  ini menyerang  pembuluh  darah  yang mengalirkan  darah  ke  jantung  (arteri koroner)  sehingga  terjadi  penyempitan pada  arteri  koroner. Penyempitan arteri  koroner  akibat  proses aterosklerosis  atau  spasme  atau kombinasi keduanya.
Fenomena  yang  terjadi  sejak abad  ke-20,  penyakit  jantung  dan pembuluh  darah  telah  menggantikan peran  penyakit  tuberculosis  paru sebagai  penyakit  epidemic  di  negara-negara  maju,  terutama  pada  laki-laki. Pada  saat  ini  penyakit  jantung merupakan  penyebab  kematian  nomor satu  di  dunia.  Pada  tahun  1999 sedikitnya 55,9  juta atau setara dengan 30,3  %  kematian  diseluruh  dunia disebabkan  oleh  penyakit  jantung. Menurut  Badan  Kesehatan  Dunia (WHO),  60  %  dari  seluruh  penyebab kematian  penyakit  jantung  adalah penyakit jantung koroner (PJK).
Di  Indonesia,  penyakit  jantung juga  cenderung  meningkat  sebagai penyebab  kematian.  Data  survei kesehatan  rumah  tangga  (SKRT)  tahun 1996  menunjukkan  bahwa  proporsi penyakit  ini  meningkat  dari  tahun  ke tahun  sebagai  penyebab  kematian.  Tahun  1975  kematian  akibat  penyakit jantung  hanya  5,9  %,  tahun  1981 meningkat sampai dengan 9,1 %,  tahun 1986 melonjak menjadi 16 % dan  tahun 1995 meningkat menjadi  19 %. Sensus nasional  tahun  2001  menunjukkan bahwa  kematian  karena  penyakit  kardiovaskuler  termasuk  penyakit  jantung  koroner  adalah  sebesar  26,4 %, dan  sampai  dengan  saat  ini  PJK juga  merupakan  penyebab  utama kematian  dini  pada  sekitar  40  %  dari sebab  kematian  laki-laki  usia menengah.
Tanda  dan  gejala  klinik  PJK pada usia dewasa muda (young adults) jarang  sekali  dinyatakan  oleh  pasien secara  langsung,  tanda  dan  gejalanya tidak  khas  dan  asymptomatic.  Banyak studi menunjukkan hanya sekitar 3,0 % dari semua kasus PJK terjadi pada usia dibawah  40  tahun. Yang menjadi  ciri  kas  dan  merupakan  faktor  tunggal yang  berhubungan  kuat  atas  kejadian PJK  pada  usia  dewasa  muda  adalah merokok  sigaret. Kannel  et  al. menemukan  pada  pasien yang menjadi kajian  pada  Framingham  Heart  Study, risiko  relative  tejadinya  PJK  tiga  kali lebih tinggi pada perokok usia 35 s.d 44 tahun dibandingkan dengan yang bukan perokok.
Penyebab  PJK  secara  pasti belum  diketahui,  meskipun  demikian secara  umum  dikenal  berbagai  faktor yang  berperan  penting  terhadap timbulnya  PJK  yang  disebut  sebagai faktor  risiko  PJK.  Berdasarkan penelitian-penelitian  epidemiologis prospektif,  misalnya  penelitian Framingham,  Multiple  Risk  Factors Interventions  Trial  dan  Minister  Heart Study  (PROCAM),  diketahui  bahwa faktor  risiko seseorang untuk menderita PJK  ditentukan  melalui  interaksi  dua atau lebih faktor risiko antara lain :
  1. Faktor  risiko  yang  tidak  dapat dikendalikan  (nonmodifiable  risk factors).
a.       Keturunan
b.      Umur,  makin  tua  risiko  makin besar.
c.       Jenis  kelamin,  pria  mempunyai risiko  lebih  tinggi  dari  pada wanita  (wanita  risikonya meningkat sesudah menopouse)
  1. Faktor  risiko  yang  dapat dikendalikan (modifiable risk factors)
a.       Dyslipidaemia.
b.      Tekanan  darah  tinggi (hipertensi).
c.       Merokok
d.      Penyakit Diabates Mellitus
e.       Stres
f.       Kelebihan  berat  badan  dan obesitas. 
Di  samping  faktor-faktor  risiko klasik tersebut, ada prediktor ‘baru’ yang juga  ikut memegang  peranan  di  dalam patogenesis penyakit kardiovaskuler.  Ini meliputi  infeksi  kronik  dari  proses inflamasi seperti kelainan kronik  rongga mulut  dan  gigi-geligi,  khususnya peradangan periodontal.
Penelitian  case  control  yang dilakukan oleh J  Ismail, dkk  tahun 2003 pada  laki-laki  dan  wanita  umur  15-45 tahun  di  kawasan  Asia  Selatan menyebutkan  bahwa  perokok  aktif mempunyai  risiko  3,82  kali  lebih  besar untuk  menderita  myocard  infarc (OR=3,82,  95%  CI  1,47-9,94) dibandingkan dengan kelompok kontrol, sedangkan  pada  kenaikan  serum kolesterol  mempunyai  risiko  1,67  kali lebih  besar  untuk  menderita  myocard infarct  dibandingkan  dengan  kelompok kontrol  (OR=1,67,  95%  CI  1,14-2,45 untuk setiap kenaikan 1,0 mmol).
Tanda  dan  gejala  klinik  PJK pada usia dewasa muda (young adults) jarang  sekali  dinyatakan  oleh  pasien secara  langsung,  tanda  dan  gejalanya tidak  khas  dan  asymptomatic.  Banyak studi menunjukkan hanya sekitar 3,0 % dari semua kasus PJK terjadi pada usia di bawah 40  tahun.  Yang menjadi ciri khas  dan  merupakan  faktor  tunggal yang  berhubungan  kuat  atas  kejadian PJK  pada  usia  dewasa  muda  adalah merokok  sigaret. Kannel  et  al menemukan  pada  pasien yang menjadi kajian  pada  Framingham  Heart  Study risiko relatif tejadinya PJK tiga kali  lebih tinggi  pada  perokok  usia  35  s.d  44 tahun dibandingkan dengan yang bukan perokok
Diabates  mellitus  dan hyperlipidemia  juga  merupakan  factor risiko  penting  kejadian  PJK  pada  usia dewasa  muda.  Kedua  faktor  ini berperan  penting  terhadap  patogenesis PJK.  Isser  et  al. menemukan  bahwa kenaikan  secara  signifikan  trigliserida LDL dan penurunan HDL  terdapat pada semua  pasien  PJK  dewasa  muda  dan 15 %  s.d  20%  nya  adalah  pasien PJK dengan diabetes mellitus.
Pada  pria  umur  pertengahan dan  wanita    dengan  diabetes  mellitus (DM)  memiliki  risiko  tinggi  untuk menderita  PJK,  baik  orang  kulit  putih maupun  kulit  hitam.  Risiko  relatif  PJK untuk  pasien  dengan  DM  adalah  3,95 pada wanita dan 2,41 pada pria.
            Bertitik  tolak  dari  uraian  di atas,  penelitian  faktor-faktor  risiko terhadap  kejadian  PJK  pada  kelompok usia muda  akan  sangat  penting  dalam setiap  upaya-upaya  pencegahan  dan peningkatan  kualitas  hidup  pada  usia produktif.
Pada  survei  rumah  tangga mengenai  kesehatan  yang  telah dilakukan  oleh  Badan  Litbang  Depkes RI,  penyakit  kardiovakuler  angka prevalensinya bergeser dari urutan ke-9 pada  tahun  1972, menjadi  urutan  ke-6 pada  tahun 1980 dengan 5,9 kasus per 1000  penduduk.  Secara  spesifik prevalensi  penyakit  kardiovaskuler khususnya  infarct  myocard  pada kelompok  umur  kurang  dari  40  tahun sebesar 3,1 % dan pada kelompok umur 40  s.d  49  tahun  sebesar  19,9  %. Sedangkan  insiden  serupa  yang  terjadi di  Jawa  Tengah,  kejadian  infarct myocard secara umum sebesar 1,03 % dan  gejala  angina  pectoris  (nyeri  ulu hati)  sebesar  0,50  %  (berdasarkan laporan  kasus  penyakit  tidak  menular Dinkes  Propinsi  Jawa  Tengah  tahun 2007).
Penyakit  kardiovaskuler merupakan  penyebab  kematian  urutan ke  3  terbanyak  dan  merupakan  9,9 % dari seluruh penyebab kematian, SKRT 1992  menunjukan  angka  kematian penyakit  kardiovaskuler  16,6%  dan mengarah  ke  angka  yang  lebih  tinggi lagi.
Untuk  dapat  menekan  efek merugikan  yang  ditimbulkan  oleh  PJK, khususnya pada kelompok usia muda (< 45  tahun)  harus  ditemukan  cara mencegah  timbulnya  PJK  secara  dini. Dalam  rangka  pencegahan  tersebut perlu  dikenali  faktor  risiko  yang berpengaruh terhadap kejadian PJK.
Penelitian  tentang  faktor  risiko yang  berpengaruh  terhadap  kejadian PJK  sudah  banyak  dilakukan,  baik  di luar  negeri  maupun  di  dalam  negeri. Penelitian  di  dalam   negeri,   misalnya cara    mengenal    faktor  risiko   seperti  yang   dikemukakan  Dede  Kusmana (bagian  kardiologi  Fakultas  Kedokteran Universitas  Indonesia)  yaitu  lewat  Skor Kardiovaskuler  Jakarta.  Dengan mengukur  faktor  risiko  berdasarkan jenis  kelamin,  usia,  tekanan  darah, indeks  massa  tubuh,  kebiasaan merokok,  ada  tidaknya  diabetes  serta tingkat  aktivitas  fisik,  seseorang  bisa mengetahui  risiko  ternkena  PJK  pada masyarakat  di  kota  Jakarta.  Penelitian luar  negeri  dalam  kajian  yang  sama yang  dilakukan oleh Framingham Heart Study  Prediction  Score  Sheets  dengan mengukur  faktor  risiko  berdasarkan usia,  kadar  kolesterol  darah  (HDL  and LDL  cholesterol),  tekanan  darah kebiasaan  merokok  dan  adanya penyakit  diabetes  mellitus,  juga  untuk mengestimasi  risiko  PJK  pada  laki-laki dan wanita

METODE PENELITIAN
Jenis  penelitian  yang  dilakukan merupakan penelitian epidemiologi yang bersifat  observasional  analitik  dengan desain  Hospital  Based  Case  Control Study.  Desain  ini  dipilih  karena  dapat digunakan  untuk  mencari  besarnya pengaruh faktor risiko terhadap kejadian penyakit.
            Populasi  target  atau  populasi referens  adalah  keseluruhan  subyek yang  karakteristiknya  ingin  diketahui dalam  penelitian,  merupakan  bagian dari  populasi  untuk  menerapkan  hasil penelitian.  Berdasarkan  tujuan penelitian  untuk  mengetahui  besarnya pengaruh faktor risiko terhadap kejadian PJK, maka  populasi  ini  adalah  laki-laki dan wanita yang berumur < 45 tahun . 
Populasi sumber pada penelitian ini  adalah  semua  pasien  (laki-laki  dan perempuan)  yang  mengunjungi  Unit Penyakit  Jantung  RSUP  Dr.  Kariadi Semarang    dan  RS  Telogorejo Semarang  baik  rawat  jalan  maupun rawat  inap  selama  periode  penelitian yang  berumur <  45   tahun.  Hasil penelitian  dari  populasi  terjangkau diharapkan  dapat  digeneralisasikan pada populasi target.
Populasi  studi  atau  sampel  adalah pasien  dengan  penyempitan  arteri koroner yang bermakna  (>  50 %)  pada penyadapan  jantung,  atau  adanya riwayat : revaskularisasi koroner dengan cara  coronary  artery  bypass  graft (CABG) atau percutaneous  transluminal coronary  angioplasty  (PTCA)  dan memenuhi  kriteria  inklusi  dan  eksklusi. Sedangkan  control  adalah  pasien dengan penyempitan koroner yang tidak bermakna  atau dinyatakan normal pada penyadapan  jantung  dan  memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kasus  adalah  pasien  penyakit jantung  koroner  yang  pernah  dirawat terhitung mulai bulan  Januari 2007 dan sedang dirawat di Unit Penyakit Jantung RSUP  Dr.  Kariadi  Semarang  dan  RS Telogorejo  Semarang  sampai  dengan bulan  Juni  2008  berdasarkan  diagnosa klinis, elektrocardiografi dan kateterisasi jantung,  dilakukan  pemeriksaan  darah (kadar  gula  darah,  kadar  kolesterol darah),  tekanan darah, berat badan dan tinggi badan.
Kontrol  adalah  pasien  tidak menderita PJK yang dirawat inap di Unit Penyakit  Jantung  RSUP  Dr.  Kariadi Semarang  dan  RS  Telogorejo Semarang, berdasarkan diagnosa klinis, elektrokardiografi,  dan  kateterisasi jantung, usia pasien < 45  tahun.Pasien penyakit  jantung  koroner  yang  pernah dirawat  terhitung  mulai  bulan  Januari 2007  dan  sedang  dirawat  di  Unit Penyakit  Jantung  RSUP  Dr.  Kariadi Semarang  dan  RS  Telogorejo Semarang  sampai  dengan  bulan  Juni 2008  berdasarkan  diagnosa  klinis, elektrokardiografi  dan  kateterisasi jantung  dengan  usia  >  45  tahun  (pada usia <  45  tidak  terdiagnosa  PJK). Dilakukan  pemeriksaan  darah  (kadar gula  darah,  kadar  kolesterol  darah), tekanan  darah,  berat  badan  dan  tinggi badan. 
Rumus  besar  sampel  untuk penelitian kasus kontrol yang digunakan dalam penelitian  ini adalah  (Hennekens CH et al. 1987)
          (p0q0 + p1q1) (Z1-a/2 + Z1-b)2
 n  =  -------------------------------------
                        (p1 – p0)2
Keterangan :
n          :  jumlah  sampel  untuk  masing-masing  kelompok  (kasus  dan kontrol)
p1        :  proporsi  paparan  pada  kelompok kasus
p0        :  proporsi  paparan  pada  kelompok kontrol
q1        :  1 – p1
q0        :  1 – p0
Z1-a/2     :  nilai  distribusi  normal  standar sesuai  dengan  tingkat  kemaknaan alfa
Z1-b    :  Nilai  distribusi  normal  standar sesuai  dengan  tingkat  kekuatan yang dikehendaki
Jumlah sampel dalam penelitian ini  dihitung  berdasarkan  uji  hipotesis dua  sisi.  Diperoleh  jumlah  sampel  total 160 terdiri dari 80 kasus dan 80 kontrol.
Pengolahan  dan  analisis  data dilakukan  dengan  bantuan  kompuer dengan  menggunakan  program  SPSS for  windows  versi  13.0,  meliputi Cleaning,  Editing,  Coding,  Entry  Data. Analisis  univariat  untuk  mengetahui proporsi  masing-masing  variabel, analisis  bivariat  digunakan  untuk mengetahui  besar  risiko (odds  ratio) variabel  bebas  dengan  variabel  terikat secara  sendiri-sendiri  dengan  uji  chi square  dengan  tingkat  kemaknaan  a=0,05  dan  konfidence  interval (CI)=95%. Analisis multivariat digunakan untuk  mengetahui  pengaruh  paparan secara  bersama-sama  dari  beberapa faktor  yang  berpengaruh  terhadap kejadian  PJK.  Uji  statistik  yang digunakan adalah  regresi  logistik ganda dengan  metode  backward  stepwise. Semua  variabel  bebas  yang  terpilih (p<0,25) di entry secara bersama-sama ke  dalam  analisis  regresi  dan  yang menunjukkan nilai p<0,05 dipilih menjadi model.
HASIL
Faktor-faktor  yang  akan dianalisis  secara  mendetail  adalah  : riwayat penyakit  jantung pada keluarga, kebiasaan  merokok,  hipertensi, dislipidemia  (meliputi  :  kolesterol  total, trigliserid,  LDL  dan  HDL),  inaktivitas fisik,  diabetes  mellitus,  kegemukan, keadaan  sosial  ekonomi,  tingkat pengetahuan  tentang  penyakit  jantung, dislipidemia  dan  pengaruh  pola  diet terhadap kejadian PJK.
Hasil  analisis  menunjukkan terdapat  hubungan  yang  bermakna antara  penyakit  jantung  keluarga dengan kejadian PJK (p=0,027). Adanya penyakit  jantung  keluarga  mempunyai risiko  2,1  kali  lebih  besar  untuk terjadinya  PJK  dibandingkan  dengan yang  tidak  tidak  memiliki  penyakit jantung keluarga (OR=2,1 ; 95% CI=1,1- 4,0).
Hasil analisis menunjukkan  tidak terdapat  hubungan  yang  bermakna antara  penyakit  hipertensi  keluarga dengan kejadian PJK (p=1,000). Adanya penyakit  hipertensi  keluarga  bukan merupakan  faktor    risiko  untuk terjadinya PJK pada kelompok usia < 45 tahun (OR=1,0 ; 95% CI=0,5-1,9).
Hasil analisis menunjukkan  tidak terdapat  hubungan  yang  bermakna antara penyakit stroke keluarga dengan kejadian  PJK  (p=0,746).  Adanya penyakit  stroke  keluarga  bukan merupakan faktor risiko untuk terjadinya PJK  pada  kelompok  usia <  45  tahun (OR=1,2 ; 95% CI=0,6-2,2).
Hasil  analisis  menunjukkan terdapat  hubungan  yang  bermakna antara  penyakit  DM  keluarga  dengan kejadian  PJK  (  p=0,026  ).   Adanya  penyakit    DM    keluarga   mempunyai  risiko  2,1   kali    untuk  terjadinya  PJK pada  kelompok  usia <  45  tahun (OR=2,1 ; 95% CI=1,1-4,0).
Hasil  analisis  secara keseluruhan  menunjukkan  bahwa  tidak terdapat  hubungan  yang  bermakna antara penyakit-penyakit berisiko dalam keluarga  (1 s.d 4  penyakit) disbanding-kan dengan kelompok kontrol (p=0,114). Penyakit berisiko pada keluarga secara bersama-sama  berisiko  1,7  kali  lebih besar untuk  terjadinya PJK pada usia < 45  tahun  dibandingkan  dengan  yang tidak  mempunyai  penyakit berisiko dalam keluarga  (OR=1,7  ; 95% CI=0,9-3,2).
Hasil  analisisi  bivariat menunjukkan  bahwa  kebiasaan merokok  memiliki  hubungan  yang signifikan  dengan  kejadian  PJK (p=0,011), dan  juga kebiasaan merokok berisiko  untuk terjadinya PJK pada usia >  45  tahun  sebesar  2,4  kali dibandingkan  dengan  yang  tidak memiliki  kebiasaan merokok  (OR=2,4  ; 95% CI=1,3-4,5).
Hasil  analisis  menunjukkan bahwa  kenaikan  tekanan  darah  pada kelompok  usia <  45  tahun  tidak berhubungan  secara  signifikan  untuk terjadinya  PJK  (p=0,869).  Adanya peningkatan  tekanan  darah  (hipertensi) tidak  meningkatkan  risiko  untuk terjadinya  PJK  dibandingkan  dengan tanpa  peningkatan  tekanan  darah (OR=1,1  ;  95%  CI=  0,6-2,1)  sehingga kejadian  hipertensi  dianggap  bukan merupakan faktor risiko untuk terjadinya PJK pada usia < 45 tahun.
Hasil  analisis  bivariat menunjukkan  bahwa  tidak  terdapat hubungan  yang  bermakna  antara kenaikan  kadar  kolesterol  dalam  darah dengan  kejadian  PJK  (p=0,082). Kenaikan  kadar  kolesterol  dalam  darah >  200 mg/dl meningkatkan  risiko  untuk terjadinya  PJK  sebesar  1,8  kali  lebih besar  dibandingkan  dengan  kadar kolesterol darah < 200 mg/dl. (OR=1,8 ; 95%CI=1,0-3,4).  Jadi  kadar  kolesterol  darah >  200  mg/dl  merupakan  faktor risiko untuk  terjadinya PJK pada usia < 45 tahun.
Hasil  analisis  bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang  bermakna  antara  kenaikan  kadar trigliserida  dalam  darah  dengan kejadian PJK (p=0,003). Kenaikan kadar trigliserida  dalam  darah  (>  150  mg/dl) juga  meningkatkan  risiko  untuk terjadinya  PJK  sebesar  2,8  kali  lebih besar  dibandingkan  dengan  kadar trigliserida darah > 150 mg/dl. (OR=2,8 ; 95%CI=1,5-5,4).  Jadi  kenaikan  kadar trigliserida  dalam   darah  merupakan faktor  risiko  untuk  terjadinya  PJK  pada usia < 45 tahun.
Hasil  analisis  bivariat menunjukkan  bahwa  tidak  terdapat hubungan  yang  bermakna  antara kenaikan  kadar  LDL  dalam  darah dengan  kejadian PJK  (p=0,862). Kadar LDL  dalam  darah >  130  mg/dl  bukan merupakan factor risiko untuk terjadinya PJK  pada  usia  <  45  tahun  (OR=1,1  ; 95%CI=0,5-2,1).
Hasil  analisis  bivariat menunjukkan  bahwa  tidak  terdapat hubungan  yang  bermakna  antara kenaikan  kadar  HDL  dalam  darah dengan  kejadian PJK  (p=0,489). Tetapi penurunan kadar HDL dalam darah < 40 mg/dl  meningkatkan  risiko  untuk terjadinya  PJK  sebesar  1,3  kali  lebih besar  dibandingkan  dengan  kadar HDL darah >  40  mg/dl.  (OR=1,3  ; 95%CI=0,7-2,6). Jadi kadar HDLl darah <  40  mg/dl  sedikit  merupakan  faktor risiko untuk  terjadinya PJK pada usia < 45 tahun.
Secara  keseluruhan  kondisi dislipidemia  pada  kelompok  kasus sebesar  71,3%  dan  pada  kelompok kontrol  sebesar  57,5%.  Hasil  analisis bivariat  menunjukkan  bahwa  terdapat hubungan  yang  bermakna  antara dislipidemia  dengan  kejadian  PJK (p=0,006). Dan juga kondisi dislipidemia meningkatkan  risiko  untuk  terjadinya PJK  sebesar  2,7  kali  lebih  besar dibandingkan  dengan  yang  tidak mengalami  dislipidemia.  Jadi dislipidemia  merupakan  faktor  risiko untuk  terjadinya  PJK  pada  usia <  45 tahun (OR=2,7 ; 95% CI=1,4-5,5).
Hasil  analisis  bivariat menunjukkan  bahwa  tidak  ada hubungan  yang  signifikan  antara aktivitas  berat  dengan  kejadian  PJK (p=0,627)  dan  juga  bukan  merupakan faktor  risiko  untuk  terjadinya  PJK  pada kelompok  usia <  45  tahun  (OR=0,8  ; 95% CI=0,4-1,5).
Hasil  analisis  bivariat menunjukkan  bahwa  tidak  ada hubungan  yang  signifikan  antara aktivitas  sedang  dengan  kejadian  PJK (p=0,616)  dan  juga  bukan  merupakan faktor  risiko  untuk  terjadinya  PJK  pada kelompok  usia <  45  tahun  (OR=0,7  ; 95% CI=0,4-1,5).
Tabel 1.  Rangkuman hasil analisis bivariate
No
Variabel
OR
95% CI
.        p*
1.















2.

3.

4.















5.











6.

7.

8.

9.




10.
Riwayat penyakit keluarga
Anal isis 1
1.        Riwayat penyakit jantung keluarga
2.        Riwayat hipertensi keluarga
3.        Riwayat stroke keluarga
4.        Riwayat DM keluarga
Anal isis 2
Terdapatnya  penyakit  berisiko  dalam keluarga secara bersama-sama
Kebiasaan merokok 
Hipertensi
Dislipidemia
Anal isa 1
1.        Kolesterol total > 200 mg/dl
2.        Trigliserida  > 150 mg/dl
3.        LDL > 130
4.        HDL < 40
 Anal isa 2
Dislipidemia
Aktivitas fisik      
1.        Aktivitas berat (< 0,5 jam/minggu)
2.        Aktivitas sedang (< 1,5 jam/minggu)
3.        Aktivitas ringan (< 2,5 jam/minggu)
4.        Aktivitas duduk (> 3,25 jam/minggu)
Penyakit DM 
Obesitas
Sosial ekonomi (skor)
Tingkat pengetahuan tentang penyakit jantung (skor)
Pola diit (skor)



2,1

1,0

1,2

2,1



1,7


2,4 

1,1 




1,8
2,8

1,1
1,3



2,7

0,8
0,8
0,7
0,8




4,1

0,8

1,3

0,5 



1,0 



1,1-4,0

0,5-1,9

0,6-2,2

1,1-4,0



0,9-3,2


1,3-4,5 

0,6-2,1




1,0-3,4
1,4-5,4

0,5-2,1
0,7-2,6

1,4-5,5


0,4-1,5
0,4-1,5
0,3-1,4
0,4-1,5



2,1-7,9 

0,4-1,6

0,6-2,6

0,2-1,1 



0,5-1,8



0,027*

1,000

0,746

0,026*



0,114


0,011*
0,869



0,082
0,003*

0,862
0,489



0,006*


0,627
0,616
0,361
0,633




0,0001*
0,590
0,596
0,117


1,000
* Bermakna pada p<0,05 dan akan di ikutsertakan dalam analisis multivariat pada p<0,25
Hasil  analisis  bivariat menunjukkan  bahwa  tidak  ada hubungan  yang  signifikan  antara aktivitas  ringan  dengan  kejadian  PJK (p=0,361)  dan  juga  bukan  merupakan faktor  risiko  untuk  terjadinya  PJK  pada kelompok  usia <  45  tahun (OR=0,6  ; 95% CI=0,3-1,4).
Hasil  analisis  bivariat menunjukkan  bahwa  tidak  ada hubungan  yang  signifikan  antara aktivitas  duduk  dengan  kejadian  PJK (p=0,633)  dan  juga  bukan  merupakan faktor  risiko  untuk  terjadinya  PJK  pada kelompok  usia <  45  tahun  (OR=0,8  ; 95% CI=0,4-1,5).
Hasil  analisis  menunjukkan bahwa  terdapat  hubungan  yang signifikan  antara  kadar  gula  darah puasa dengan kejadian PJK (p=0,0001). Kenaikan kadar gula darah puasa >126 mg/dl  meningkatkan  risiko  untuk terjadinya PJK pada kelompok usia < 45 tahun  sebanyak  4,1  kali  dibandingkan dengan  kadar  gula  darah  puasa  <  126 mg/dl  pada  kelompok  usia  yang  sama (OR=4,1 ; 95% CI = 2,1-7,9). Jadi kadar gula  darah  puasa  >  126  mg/dl merupakan faktor risiko untuk terjadinya PJK pada kelompok usia < 45 tahun.
Hasil  analisis  menunjukkan bahwa  tidak  ada  hubungan  yang signifikan  antara  obesitas  pada kelompok  usia <  45  tahun  dengan kejadian  PJK  (p=0,590)  dan  juga obesitas bukan merupakan  faktor disiko untuk  terjadinya  PJK  pada  kelompok usia yang sama (OR=0,8  ; 95% CI=0,4-1,6).
Hasil  analisis  menunjukkan bahwa  keadaan  sosial  ekonomi  secara keseluruhan  tidak  memiliki  hubungan yang  bermakna  (p=0,596)  dengan kejadia  PJK  pada  kelompok  usia <  45 tahun  dan  juga  secara  keseluruhan keadaan  sosial  ekonomi  tidak merupakan  faktor  risiko PJK  (OR=1,3  ;95% CI=0,6-2,6).
Hasil  analisis  menunjukkan bahwa  tidak  ada  hubungan  yang bermakna  antara  tingkat  pengetahuan responden  pada  kelompok  usia <  45 tahun  dengan  kejadian  PJK  (p=0,117). Tingkat  penegetahuan  responden  yang kurang  bukan  merupakan  faktor  risiko untuk  terjadinya  PJK  pada  usia  <  45 tahun (OR=0,5 ; 95% CI=0,2-1,1).
Hasil  analisis  menunjukkan bahwa  tidak  ada  hubungan  yang bermakna  antara  pola  diit  tidak  sehat dengan  kejadian  PJK  (p=1,000).  Pola diit  pada  responden  dengan  usia  <  45 tahun  tidak merupakan  faktor risiko PJK (OR=1,0 ; 95% CI=0,5-1,9).
Tabel 2.  Rangkuman hasil analisis multivariat yang bermakna secara statistic
No
Variabel
B
Wald
OR
95% CI 
p*
1.
2.


3.
4.
5.
Kebiasaan merokok 
Penyakit DM        
(GDP  > 126 mg/dl)
Dislipidemia
Trigliserida > 150 mg/dl   Penyakit DM dalam keluarga
Constant
0,853 
1,736


1,034   
0,980 
1,096

-2,588
4,804
18,257


4,768      
5,310 
7,831

25,556
2,3
5,7    


2,8
2,7 
3,0

0,075
1,1-5,0 
2,6-12,6


1,1-7,1 
1,2-6,1 
1,4-6,4 
0,028
0,0001


0,029
0,021
0,005

* Bermakna pada p<0,05
Hasil  analisis  multivariate menunjukkan  ada  4  (empat)  variabel bebas  yang  layak  untuk  dipertahankan secara  statistik  yang  berpengaruh terhadap  kejadian  PJK  pada  usia <  45 tahun.  Empat  variabel  tersebut  terlihat pada tabel 2 di atas.
PEMBAHASAN
Hasil  analisa  multivariate menunjukkan bahwa dislipidemia, kadar trigliserida  dalam  darah >  150  mg/dl, kebiasaan merokok, penyaki DM dalam keluarga dan penyakit DM yang diderita, terbukti  berpengaruh  terhadap  kejadian PJK pada usia < 45 tahun.
Hasil  analisa  multivariate  pada penelitian  ini  menunjukkan  bahwa dengan adanya dislipidemia mempunyai risiko  2,8  kalilebih  besar  untuk terjadinya  PJK  dibandingkan  dengan yang  tidak  mengalami  dislipidemia (OR=2,8 ; 95% CI=1,1-7,1). Dislipidemia juga memiliki hubungan yang bermakna secara  statistic  utntuk  terjadinya  PJK pada usia < 45 tahun (p=0,029).
Kadar  kolesterol  yang  tinggi dalam  darah  menyebabkan  terjadinya endapan  kolesterol  pada  dinding pembuluh  darah  atau  atau  disebut plaque  cholesterol.  Pengendapan  ion kalsium  pada  plaque  cholesterol menyebabkan  plaque  yang  tadinya lunak  menjadi  keras  dan  kaku.  Hal  ini menyebabkan  dinding  pembuluh  darah juga  menjadi  kaku  dan  tidak  elastis. Selain  itu  dengan  adanya  plaque cholesterol  yang  mengeras menyebabkan  dinding  bagian  dalam pembuluh  darah  menjadi  sempit  dan tidak  licin,  sehingga  suplai  darah  ke organ  tersebut menjadi  berkurang. Jika pengerasan  itu  terjadi  pada  arteri  yang mensuplai  darah  ke  jantung  (arteri koronaria)  maka  terjadilah  penyakit jantung koroner (PJK).
Hasil  analisa  multivariate  pada penelitian  ini  menunjukkan  bahwa dengan  adanya  hipertrigliseridemia  (> 150  mg/dl)  mempunyai  risiko  2,7 kalilebih  besar  untuk  terjadinya  PJK dibandingkan  dengan  yang  tidak mengalami  hipertrigliseridemia  (OR=2,7;  95%  CI=1,2-6,1).  Hipertrigliseridemia juga memiliki hubungan yang bermakna secara  statistic  utntuk  terjadinya  PJK pada usia < 45 tahun (p=0,021).
Hasil  analisa  multivariate  pada penelitian  ini  menunjukkan  bahwa dengan  adanya  kebiasaan  merokok mempunyai  risiko  2,3  kalilebih  besar untuk  terjadinya  PJK  dibandingkan dengan  yang  tidak  mempunyai kebiasaan  merokok  (OR=2,3  ;  95% CI=1,1-5,0).  Kebiasaan  merokok  juga memiliki  hubungan  yang  bermakna secara  statistic  utntuk  terjadinya  PJK pada usia < 45 tahun (p=0,028).
Berikut ini akan ditampilkan tabel silang  antara  kebiasaan  merokok dengan  dislipidemia  (kolesterol, trigliserida,  LDL  dan  HDL)  pada  tabel 6.1.
Tabel 3.  Distribusi responden berdasarkan kebiasaan merokok dan kadar fraksi lipid dalam darah pada kasus dan kontrol
Profil Lipid
Kebiasaan merokok (kasus dari kontrol)
Total
%
(mg/dl)
tidak
mantan
1-14 btg/hari
>15 btg/hari

merokok
perokok

 N          %
 N         %
 N        %
 N              %


Cholesterol
·  < 200
·  200-239
· > 240
Jumlah
Trigliserida
·  < 150
·  150-199
·  200-499
· > 500
Jumlah
LDL
·  < 100
·  100-129
·  130-159
·  160-189
· > 190
Jumlah
HDL                    
·  < 40
· > 40
Jumlah
38    50,7
29   38,7
8     10,6
75   100,0



46   63,0
16   21,9
10   13,7
1   1,4
73   100,0

14   22,2
16   25,4
22   34,9
9   14,3
2   3,2
63   100,0

31  47,7
34  52,3
65  100,0
24   75,0
5   15,6
3   9,4
32   100,0



22   71,0
5   16,1
4  12,9
0   0,0
31 100,0

13  50,0
4   15,4
5   19,2
4   15,4
0   0,0
26   100,0


14     53,8
12   46,2
26   100,0
12   41,4
10   34,5
7    24,1
29 100,0


17  60,7
5  17,9
6   21,4
0   0,0
28  100,0

12  50,0
4   16,7
1   4,2
5  20,8
2  8,3
24  100,0

11   45,8
13  54,2
24  100,0
10   50,0
9   45,0
1  5,0
20   100,0


12   60,0
4   20,0
4   20,0
0   0,0
20  100,0

7   38,9
2   11,1
6   33,3
3   16,7
0   0,0
18  100,0

13   72,2
5   27,8
18   100,0

84   
53  
19  
156  


97
30
24
1
152


46
26
34
21
4
131


69
64
133
53,8

34,0

12,2

100,0



63,8
19,7
15,6
0,7
100,0

35,1
19.8
26,0
16.,0
3,1
100,0




51,9
48,1
100,0

Merokok  adalah  salah  satu faktor  risiko  mayor  untuk  timbulnya aterosklerosis  yang  dapat  dimodifkasi. Merokok  secara  sinergis  ditambah faktor-faktor  risiko  lain  akan meningkatkan  kejadian  PJK.  Interaksi sinergistik  yang  kuat  timbul  antara hiperkolesterolemia dan merokok dalam genesis infark miokard .
Dua  efek  utama  dari  merokok yang  berperan  penting  dalam perkembangan PJK  adalah  efek  nikotin dan desaturasi hemoglobin oleh carbon monoksida  (CO).  Nikotin  berperan penting  untuk  terjadinya  aterosklerosis koroner  dan  trombosis  dengan mekanisme  menaikkan  asam  lemak bebas  serta  meningkatkan  kelekatan dan agregasi trombosit melalui stimulasi katekolamin.
Dari  table  6.1  tersebut  diatas terlihat  bahwa  sebesar  46,2% responden  yang  merokok  mengalami hiperkolesterolemia  dan sebesar 36,0% mengalami  hipertrigliserida.  Demikian halnya dengan kadar LDL dalam darah, sebesar  45,1%  responden  yang merokok memiliki nilai LDL > 130 mg/dl (LDL  normal  :  <  130 mg/dl)  dan  kadar HDL yang  turun dibawah 40 mg/dl yaitu sebanyak  51,9%  dari  keseluruhan responden  yang mempunyai  kebiasaan merokok.
            Penyakit  DM  yang  dimaksud dalam penelitian  ini adalah kondisi yang dialami responden dengan kadar GDP > 126  mg/dl  pada  saat  dinyatakan menderita  PJK  dan  sebelumnya responden  tidak  memiliki  riwayat  kadar GDP > 126 mg/dl. Hasil analisa bivariat menunukkan  adanya  hubungan  yang bermakna  antara  penyakit  DM  dengan terjadinya  PJK  pada  usia <  45  tahun (p=0,0001),  dan  juga  penyakit  DM mempunyai  risiko  5,7  kali  lebih  besar untuk  terkena  PJK  (OR=5,7  ;  95% CI=2,6-12,6). 
Penderita  dibetes  mellitus cenderung  untuk  mengalami atherosclerosis  pada  usia  yang  lebih dini dan penyakit yang ditimbulkan  lebih cepat  dan  lebih  berat  pada  penderita diabet  dari  pada  nondiabet.  Insulin memainkan  peran  utama  dalam metabolisme  lipid dan kelainan-kelainan pada  lipid  seringkali  ditemukan  pada penderita  diabetes.  Kolesterol  serum dan  kolesterol  lipoprotein  berdensitas rendah  sering  lebih  tinggi  pada  pasien diabetes  dan  juga  lipoprotein berdensitas  tinggi  lebih  rendah  pada pasien diabetetes.
.           Hasil  analisa  multivariate  pada penelitian  ini  menunjukkan  bahwa dengan  adanya  penyakit  DM  keluarga mempunyai  risiko  3,0  kali  lebih  besar untuk  terjadinya  PJK  dibandingkan dengan yang  tidak mempunyai penyakit DM  dalam  keluarga  (OR=3,0  ;  95% CI=1,4-6,4). Penyakit DM keluarga  juga memiliki  hubungan  yang  bermakna secara  statistic  utntuk  terjadinya  PJK pada usia < 45 tahun (p=0,005).
Diabates  mellitus  merupakan faktor  risiko  yang  lebih  powerful  bagi wanita dibandingkan  laki-laki. Mortalitas akibat  PJK  3-7  kali  lebih  tinggi  pada wanita penderita diabetes dibandingkan dengan 2-4 kali pada  laki-laki penderita diabetes. The  Framingham  Study mengemukakan  bahwa  diabetes melipatduakan risiko age-adjusted untuk terjadinya  penyakit  kardivaskuler  baik pada laki-laki maupun wanita.
SIMPULAN DAN SARAN
Faktor-faktor  risiko  yang  terbukti berpengaruh  dalam  analisa  multivariat adalah :
a.       Penyakit  diabetes  mellitus  (DM), dengan  p  value  0,0001  dan  odds ratio 5,7 pada 95% CI = 2,6 – 12,6.
b.      Dislipidemia,  dengan  p  value  0,029 dan  odds  ratio  2,8  pada  95%  CI  = 1,1 – 7,1.
c.       Hipertrigliseridemia  (>  150  mg/dl), dengan p value 0,021 dan odds ratio 2,7 pada 95% CI = 1,2 – 6,1
d.      Kebiasaan merokok, dengan p value 0,028 dan odds  ratio 2,3  pada 95% CI = 1,1 – 5,0.
e.       Penyakit  DM  dalam  keluarga, dengan p value 0,005 dan odds ratio 3,0 pada 95% CI = 1,4 – 6,4.
Faktor-faktor  risiko  yang  terbukti tidak  berpengaruh  dalam  analisa multivariat adalah  : tingkat pengetahuan kurang  tentang  penyakit  jantung, penyakit  jantung  dalam  keluarga, penyakit  berisiko  dalam  keluarga  lebih dari  satu  dan  kadar  kolesterol  dalam darah > 200 mg/dl,  Telah diketahui oleh masyarakat secara  luas  bahwa  kadar  kolesterol darah  yang  meningkat  berpengaruh tidak  baik  untuk  kesehatan  jantung. Namun  ada  salah  pengertian,  seolah-olah yang paling berpengaruh  terhadap kenaikan  kolesterol  darah  ini  adalah kadar  kolesterol  makanan.  Sehingga banyak  produk  makanan,  bahkan minyak  goreng  diiklankan sebagai  non-kolesterol  (konsumsi  kolesterol  yang dianjurkan adalah < 300 mg sehari). 
Faktor  makanan  yang  paling berpengaruh  terhadap  kadar  kolesterol darah dalam  hal  ini  adalah LDL  (lemak jenuh),  lemak  jenis  linilah  yang seharusnya  dikurangi  melalui  makanan yang dimakan. Kenaikan  trigliserida  dalam darah (hipertrigliseridemia)  juga dikaitkan dengan  terjadinya PJK. Kadar trigliserida  darah  banyak  dipengaruhi oleh oleh kandungan karbohidrat dalam makanan dan kegemukan.
Upaya  lain  yang  perlu  ditempuh untuk  mengurangi  insiden  PJK  adalah berhenti  merokok.  Upaya  ini  haruslah merupakan  tujuan  utama  dari  setiap kampanye  promosi  terhadap PJK  yang dilakukan  di  masyarakat.  Anjuran berhenti  merokok  pada  kasus-kasus penderita  diabetes  mellitus  (DM), hipertensi,  hiperlidemia  sebaiknya  tidak dilakukan  hanya  sekali  saja,  namun dilakukan  secara  periodic  dalam  kurun waktu yang ditentukan.
Olah  raga  untuk  kesehatan jantung  perlu  dilakukan  secara proposional  supaya  memberikan  efek positif  terhadap  kesehatan  badan (jantung  khususnya).  Berbagai penelitian  menunjukkan  frekwensi latihan minimal  yang  dianjurkan  adalah 3  (tiga)  kali  dan maksimal  5  (lima)  kali dalam  seminggu  pada  hari  yang bergantian artinya selang sehari. Hal  ini mengingat  tubuh  memerlukan pemulihan  setelah  berolah.    Lama latihan berkisar 20 – 30 menit dianggap sudah  cukup  memberikan  efek meningkatkan  aliran  darah  dan membantu  memecahkan  metabolisme lemak  dan  kolesterol,  sehingga  dapat menjaga kestabilan berat badan ideal.
Penyuluhan  kesehatan  tentang faktor  risiko  PJK  dapat  dilakukan dengan  lebih  intensif  melalui  media cetak  atau  audio  visual  serta  ceramah kesehatan  di  sekolah-sekolah,  tempat-tempat  ibadah  dan  tempat-tempat umum lainnya.
Penelitian  lanjutan  yang  lebih efisien dengan  tingkat pembuktian yang lebih  tinggi  dan  akurat  serta meminimalkan  kekurangan-kekurangan dalam  penelitian  tentang  penyakit jantung  koroner  khususnya  pada kelompok  usia  muda  (>  45  tahun) sebaiknya  segera  dapat  dilaksanakan dan menjadi  prioritas  perhatian.  Dalam hal  ini  kami  mohonkan  kepada mahasiswa  PPS Magister  Epidemiologi Universitas Diponegoro Semarang.