Senin, 25 November 2013

ArDha File's


Arif & Dhany


Dhany Belajar Manasik Haji


Dhany Belajar Manasik Haji


ArDha Having Fun


 ArDha Having Fun


Arif & Dhany


Sport


ASUHAN KEPERAWATAN CEREBRO VASKULAR DESEASE (STROKE)

ASUHAN KEPERAWATAN
CEREBRO VASKULAR DESEASE (STROKE)

A. TINJAUAN TEORITIS
1.      DEFINISI
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma)(Lynda Juall Carpenito, 1995).
Menurut WHO. (1989) Stroke adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang terganggu.
CVD  adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak , sehinggan mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian . (Fransisca B.  Batticaca)
2.       ETIOLOGI
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan stroke antara lain :
a)      Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan thrombosis otak :
Ø  Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
 Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
 Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
 Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus)
 Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.
Ø  Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas /hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral.
Ø  Arteritis( radang pada arteri )
b)      Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :
Ø  Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.(RHD)
Ø  Myokard infark
Ø  Fibrilasi, keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
Ø  Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
c)      Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
Ø  Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
Ø  Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
Ø   Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
Ø   Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.
Ø  Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah.

Faktor Predisposisi Yang Dapat Dimodifikasi
o   Tekanan darah tinggi
o   Diabetes melitus
o   Merokok
o   Penyakit arteri carotis dan perifer
o   Atrial fibrilatipn
o   Penyakit jantung
o   Transient ischemia attack (TIA)
o   Hiperkolesterolemia
o   Obesitas dan kurang aktifitas
o   Penggunaan alkohol
o   Penggunaan obat – obat terlarang
Faktor Resiko Pada Stroke
1)      Tidak dapat dirubah (Non Reversible)
§  Jenis kelamin : Pria lebih sering ditemukan menderita stroke dibanding wanita.
§  Usia : Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
§  Keturunan : Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke 
2)      Dapat dirubah (Reversible)
-          Hipertensi
-          Penyakit jantung
-          Kolesterol Tinggi
-          Obesitas
-          Diabetes Melitus
-          Polistemia
-          Stress Emosional

3)      Kebiasaan Hidup
o   Merokok,
o   Peminum alkohol,
o   Obat-obatan terlarang.
o   Aktivitas yang tidak sehat: kurang olahraga, makanan berkolesterol.

3.      KLASIFIKASI  STROKE
Ø  Menurut patologi dan gejala klinik
a.       Stroke hemoragi
Pendarahan serebral bisa terjadi pada subarachnoid atau intraserebral akibat pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya ketika melakukan aktivitas tapi bisa juga terjadi saat istirahat, kesadaran pasien umumnya menurun.
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi  secara spontan bukan oleh karena truma kapitis , disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri , vena, dan kapiler (Djoenaidi Widjaja et. Al, 1994). Perdarahan otak dibagi dua yaitu :
a.        Perdarahan Intraserebri (PIS)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam jarinagan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat , dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebri yang disebabkan hipertensi sering dijumpai didaerah putamen, thalamus, pons, dan serebellum.

b.        Perdarahan subarachnoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisa dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar parenkim otak (Juwono,1993). Pecahnya arteri dan keluarnay keruang subarachnoid menyebabkan TIk meningkat mendadak, merengangnya struktur peka nyeri , dan vasospasme pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia, dan lainnya).
Perdarahan subarachnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebri. Vasospasme ini sering kali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan , mencapai puncaknya har ke -5 sampai dengan ke- 9, dan dapat menghilang setelah minggu ke-2 sampai dengan ke-5. Timbulnya vasospamr diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinal dengan pembuluh arteri diruang subrakhnoid.
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O dan glukosa otak dapat terpenuhi . energy yang dihasilkan didalam sel saraf hamper seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan  O sehingga jika ada kerusakan atau kekuragna aliran darh otak walau sebentar akan menyebabkan ganguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolism otak, tidak boleh kurang dari20 mg% karena akan menimbulkan koma.kebutuhan glukosa sebanyak 25%  dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala disfungsiserebri. Pada saat otak hipoksia , tubuh berusaha memenuhi O melalui proses metabolic anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.


Gejala
PIS
PSA
Timbulnya
Dalam 1 jam
1-2 menit
Nyeri kepala
Hebat
Sangat hebat
Kesadaran
Menurun
Menurun sementara
Kejang
Umum
Sering fokal
Tanda rangsangan meningeal
+/-
+++
Hemiparese
++
+/-
Gangguan saraf otak
+
+++

b.      Stroke non hemoragi
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus.Thrombusumumnya terjadi karena berkembangnya aterosklesis pada dinding pembulu darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologis fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.




Perbedaan stroke nonhemoragik dan hemoragik

Gejala (Anamnesa)
Stroke nonhemoragik
Stroke hemoragik
Awitan (onsel)
Sub-akut kurang
Sangat akut/ mendadak
Waktu (saat terjadi awitan)
Mendadak
Saat aktivitas
Peringatan
Bangun pagi/ istirahat
_  .
Nyeri kepala
+ 50% TIA
+++
Kejang
+/-
+
Muntah
-
+
Kesadaran menurun
-
Kadang sedikit
+++
Koma/kesadaran menurun
+/-
+++
Kaku kuduk
-
++
Tanda kering
-
+
Edema pupil
-
+
Perdarahan retina
-
+
Bradikardia
Hari ke 4
Sejak awal
Penyakit lain
Tanda adanya aterosklerosis, diretina, koroner, perifer, emboli, pada kelainan katub, fibrilasi, bising karosis.
Hampir selalu hypertensi, ateroklerosis, penyakit jantung, hemolisis (HHD)
Pemeriksaan darah pada LP
-
+
Rontgen
+
Kemungkinan pergeseran glandula pineal
Angiografi
Oklusi, stenosis
Aneorisma, AFM, masa inta hemisfer vasospsme
CT Scan
Densitas berkurang (lesi hipodensi)
Masa intra cranial densitas bertambah (lesi hyperdensi)
Oftalmoskop
Fenomena silang silver wire art
Perdarahan retina atau perfus vitreum
Lumbal fungsi
-       Tekanan
-       Warna
-       Eritrosit

Normal
Jernih
< 250/mm3

Meningkat
Merah
>100/mm3
Arteriografi
Okulsi
Ada pergeseran
EEG
Ditengah
Bergeser dari bagian tengah

Menurut perjalanan penyakit atau stadium
a.       TIA (Trans Ischemic Attack)
Gangguan neurologis setempat yang terjadi sebelum beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan berkurang dengan spontan dan sempurna dalam kurang dari 24 jam.
b.      Stroke involusi
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat makin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c.       Stroke komplit
Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
4.      PATOFISIOLOGI
     Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap ortak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan ;
 1. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
 2. Edema dan kongesti disekitar area.
 Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis , atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal iniakan me yebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah.. Perdarahanintraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac arrest.
5.      MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinik utama dapat dihubungkan dengan tanda dan gejala dibawah ini :
Ø Defisit lapang pandang
a.       Hominimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang pandang)
·         Tidak menyadari objek di tampat kehilangan penglihatan
·         Mengabaikan salah satu sisi tubuh
·         Kesulitan menilai jarak
b.      Diplopia : penglihatan ganda
c.       Kehilangan penglihatan perifer
·         Kesulitan melihat pada malam hari
·         Tidak menyadari batas objek
Ø  Defisit motorik
a.       Hemipharesis : kelemahan wajah, lengan dan tungkai pada sisi yang sama.
b.      Hemiplegia  : paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama
c.       Ataksia
·         Berjalan tidak tegap atau mantap
·         Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang luas
d.      Disartria : kesukaran membentuk kata
e.       Disfagia : kesukaran menelan
Ø  Defisit sensori
      Parastasia : terjadi pada sisi berlawanan dari lesi
a.       Kebas dan kesemutan pada bagian tubuh
b.      Kesulitan dalam propriosepsi

Ø  Defisit verbal
a.       Afasia ekspresif : ketidakmampuan untuk membentuk kata yang dapat dimengerti, mungkin mampu berbicara dalam respon kata tunggal
b.      Afasia reseptif   : ketidakmampuan memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tapi tidak masuk akal
c.       Afasia global : kombinasi afasia ekspresif dan reseptif
Ø  Defisit kognitif
a.       Kehilangan memori jangka panjang dan jangka pendek
b.      Penurunan lapang pandang
c.       Alasan abstrak buruk
d.      Perubahan penilaian
Ø  Defisit emosional
a.       Kehilangan kontrol diri
b.      Labilitas emosional
c.       Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres
d.      Depresi
e.       Menarik diri
f.       Rasa takut, bermusuhan, marah
g.      Perasaan isolasi

6.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.    CT-SCAN
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak. mendiagnosis adanya lesi dengan diameter 1,5mm / lebih besar

b.    Pemeriksaan darah :
-       Uji antibodi, antifosfolipid, protein C dan protein S plasma.
-       Uji koagulasi dan homeostatis.
-       Glukosa darah,BUN (nitrogen urea darah)
-       Darah lengkap : LED,homosistein serum saat puasa.
-       Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.

c.    PEMERIKSAAN JANTUNG
-       Sinar ultra dada
-       Ekokardiogram
-       Ekokardiogram transesofagus
-       EKG
d.   Pemeriksaan karotis
-       Doppler transkranial dan duplex karotis
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena( masalah sistem karotis)
-       EEG (bila kejang)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya implus listrik dalam jaringan otak.
-       Fungsi Lumbal  (bila hemoragi subaraknoid dicurigai dan CT-Scan negatif).
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama

-       Angiografi Serebri
Membantu menentukkan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
7.      Komplikasi
Klasifikasi stroke meliputi hifoksia serebral, penurunan aliran darah serebral, dan luasnya area cedera.
-          Hipoksia serebral
Diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak.Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan.
-           Aliran darah serebral
Bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral
-          Embolisme serebral
Dapat terjadi setelah miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal atau katup jantung prostetik.embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah selebral.
-          Disritmia jangtung
-          Peningkatan TIK
-          Aspirasi atelectasis
-          Kontraktur
8.      Penatalaksanaan
·         Penatalaksanaan Medis
Secepatnya pada terapeutik window ( waktu serangan hingga mendapatkan pengobatan maksimal )
Therapeutic window ini ada 3 :
·         Konensus amerika : 6 jam
·         Consensus eropa : 1,5 jam
·         Consensus asia : 12 jam
Prinsip pengobatan  pada therapeutik window :
1)        Jaringan penumbra ada aliran lagi sehingga jaringan penumbra tidak menjadi iiskemik
2)        Menimalisir jaringan iskemik yang terjadi

Ø  Terapi umum
Untuk merawat keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut :
a)      Menstabilkan tanda-tanda vital
b)      Deteksi dan memperbaiki aritmia jantung
c)      Merawat kandung kemih
d)     Menempatkan posisi penderita dangan baik secepat mungkin
e)      Pemasangan NGT pada pasien dengan penurunan kesadaran

Ø  Terapi khusus
Ditujukan untuk stroke window dengan obat anti agregasi dan neuroprotektan. Obat anti agregasi : golongan pentoxifilin, tielpidin , low heparin, tPA.
Mempunyai 3 cara :
o   Sebagai anti agregasi = menghancurkan thrombus
o   Meningkatkan deformalitas eritrosit
o   Memperbaiki sirkulasi intraselebral
Stroke iskemik/ stroke non hemoragik
Fase akut ( hari ke 0-14 sesudah onset penyakit)
a.       Sasaran terapi   : menyelamatkan neuron
b.      Respirasi          : jalan nafas bersih dan longar
c.       Jantung            : harus berfungsi baik
d.      Pantau tekanan darah
e.       Kadar gula yang tinggi pada fase akut tidak diturunkan secara derastis
f.       Gawat / coma   : pantau balans cairan, elektrolit dan basa darah
g.      Obat – obatan  :
z  Anti edema otak
-          Gliserol 10%, perinfus, 1 gr/ kg B/ hari dalam 6 jam
-          Kortikosteroid        : dexametason
z  Anti agregasi terombotik ASA (asam asetil salisilat) seperti: asfirin, asfilet dll dengan dosis 80-300 mg/hari
z  Antikoagulasi, misalnya heparin
z  Lain – lain   : trombosilin
·         Penatalaksanaan Keperawatan
1.      Penatalaksanaan klien stroke ada fase awal serangan 42-72 jam pertama
ü  Mempertahankan klien cukup oksigen
ü  Membersihkan lendir dari jalan nafas klien
ü  Memonitor/ pantau fungsi nafas klien
ü  Mengkaji tingkat kesadaran klien
ü  Melakukan penilaian kemampuan menelan

2.      Penalakasaan klien stroke setelah melewati masa kritis
§  Tata ruang : meletakkan benda-benda yang klien butuhkan didekatnya
§  Meletakkan pasien pada posisi kepala ditinggikan 15-30°
§  Mengatur posisi tempat tidur datar
§  Merubah posisi tubuh klien 1 kali 2 jam, miringkan ke kiri dan kanan
§  Melakukan perawatan kebersihan badan, perawatan kulit, mata dibersihkan
§  Melakukan latihan garak tubuh dan sendi pada pasien
§  Melatih klien untuk berbicara

3.      Penatalaksanaan klien stroke pada fase rehabilitasi ( penyembuhan)
-          Rutin melakukan latihan gerak/ ROM
-          Melatih klien melakukan aktifitas ringan seperti : memakai baju
-          Melakukan latihan berbicara
-          Keluarga memberikan motivasi pada klien untuk sembuh

4.      Pengaturan makanan sehat untuk pasien stroke
·         Menganjurkan pasien minum banyak air putih minum 8 gelas/ hari
·         Menghindari minum kopi dan alcohol
·         Hondari makanan nyang banyak mengandung gula dan banyak lemak
·         Menganjurkan menggunakan minyak nabati untuk memasak
·         Menganjurkan banyak makan buah
·         Makanan klien stroke dapat diberikan dalam 3 bentuk : padat, di bledder dan makanan cair
Http:/ www. Pelatihan Asuhan Keperawatan Stroke  RS DR. Cipto mangunkusumo 15-16 maret 2007. Google.com

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke 

a.    PENGKAJIAN
1.  Riwayat Kesehatan
a.   Riwayat Kesehatan Dahulu      :
Pasien memiliki riwayat hipertensi, hipotensi postural, konsumsi makanan kolesterol tinggi, penyakit kardiovaskuler, obesitas, diabetes, penggunaan kontrasepsi oral, merokok, penyalahgunaan obat terutama kokain, dan penggunaan alkohol.
b.  Riwayat Kesehatan Sekarang   :
Pasien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi, mudah lelah, susah istirahat, perasaan tidak berdaya, anoreksia, mual muntah, pusing, sakit kepala, kebas, kehilangan daya lihat sebagian, penglihatan ganda, gangguan pengecapan dan penciuman.
c.   Riwayat Kesehatan Keluarga   :
    Riwayat hipertensi, obesitas, dan stroke pada keluarga. Budaya keluarga      mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol.
b.    Pemeriksaan Fisik
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
Ø  Keadaan umum
Umumnya mengalami penurunan kesadaran. Suara bicara kadang mengalami gangguan, yaitu sukar mengerti, kadang tidak bisa bicara, dan tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat denyut nadi bervariasi
·         Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma. Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mentis pada pengkajian inspeksi pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi thoraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
·         Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok) hipovolemik yang sering terjadi pada klien stroke. TD biasanya terjadi peningktan dan bisa terdapat adanya hipertensi masif TD > 200mmHg.
·         Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral ( sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan terfokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
Ø  Tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat kesadaran klien dan respons terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk membuat peringkat perubhan dalam kewaspadaan dan kesadaran.
Pada keadaan lanjut, tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalami koma maka penilaiaan GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
Ø  Fungsi serebri
·      Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien, observasi ekspresi wajah, dan aktivitas motorik di mana pada klien stroke tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.
·      Fungsi intelektual: didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami kerusakan otak, yaitu kesukaran untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
·           Kemampuan bahasa: penurunan kemampuan bahasa tergantung dari daerah lesi yang mempengaruhi fungsi dari serebri. Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian posterior dari girus temporalis superior ( area wernicke) didapatkan disfasia reseptif,  yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada bagian posterior dari girus frontalis inferior (area broca) didapatkan disfagia ekspresif di mana klien dapat mengerti, tetapi      tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak lancar.  Disatria (kesulitan berbicara) ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara. Apraksia ( ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya) seperti terlihat ketika klien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
  Lobus frontal: kerusakaan fungsi kognitif dan efek psikologis didapatkan bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi yang menyebabkan klien ini menghadapi masalah frustrasi dalam program rehabilitasi mereka. Depresi umum terjadi dan mungkin diperberat oleh respons alamiah klien terhadap penyakit katastrofik ini. Masalah psikologis lain juga umum terjadi dan dimanifestasikan oleh labilitas emosional, bermusuhan, frustasi, dendam, dan kurang kerja sama.
  Hemisfer: stroke hemisfer kanan menyebabkabkan hemiparese sebelah kiri tubuh, penilaian buruk, dan mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut. Stroke pada hemisfer kiri, mengalami hemiparese kanan, perilaku lambat dan sangat hati-hati, kelainan lapang pandang sebelah kanan, disfagia global, asafia, dan mudah frustasi.

o        Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I : biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan fungsi penciuman.
Saraf II: Disfungsi persepsi visual karena gangguan jarak sensorik primer di    antara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial ( mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spesial) sering terlihat pada klien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokan pakaian bagian tubuh.
Saraf III, IV, dan VI: Apabila akibat stroke mengakibatkan paralisis sesisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral di sisi yang sakit.
Saraf V: Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf trigenimus, didapatkan penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah. Penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral dan kelumpuhan sesisi otot-otot pterigoideus internus dan eksternus.
Saraf VII: Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
Saraf VIII: Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X: Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut.
Saraf XI: Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII: Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi. Indra pengecapan normal.
o        Sistem  motorik
Stroke adalah: penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atas melintas, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi yang berlawanan dari otak.
  Inspeksi umum, didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain.
  Fasikulasi didapatkan pada otot-otot ekstermitas.
  Tonus otot didapatkan meningkat.
  Kekuatan otot,  pada penilaian dengan menggunakan nilai kekuatan otot pada sisi yang sakit didapatkan nilai 0.
  Keseimbangan dan koordinasi, mengalami gangguan karena hemiparese dan hemiplegia.

o        Pemeriksaan Refleks
-          Pemeriksaan Refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum, atau periosteum derajat  refleks pada respons normal.
-          Pemeriksaan Refleks patologis, pada fase akut refleks fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan refleks patologis.
o        Gerakan involuter
Tidak ditemukan adanya tremor, Tic (kontraksi saraf berulang), dan distonia. Pada keadaan tertentu, klien biasanya mengalami kejang umum, terutama pada anak dengan stroke disertai peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang berhubungan sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.
o        Sistem sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi (defisit sensorik pada satu sisi tubuh). Persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterprestasikan sensai. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jarak sensorik primer diantara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual spesial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spesial) sering terlihat pada klien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
Kehilangan sensorik karena stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan proprioseptif ( kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta kesulitan dalam menginterprestasikan stimuli visual, taktil, dan auditorius.
  Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasi kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang-kadang kontrol sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril: intokontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
  Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual, dan muntah pada fase akut. Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
  Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atasvmelintas, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisin tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis, atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan jelek. Disamping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus, terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensorik, atau paralisis/hemiplegia, mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktvtas dan istirahat. 

a.   Aktivitas dan istirahat   :
Kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik seperti hemiplegi/paralisis, hemiparesis. Penurunan kemampuan memenuhi ADL (tidak mampu menyuapkan makanan, tidak mampu memandikan bagian tubuh, tidak mampu melepas pakaian). Gangguan tonus otot (flaksid, spastis), gangguan tingkat kesadaran.
b.  Integritas ego    :
Emosi labil, sulit mengekspresikan diri.

c.   Eliminasi           :
    Perubahan pola berkemih, inkontinensia urin/alvi, distensi adomen, bising usus negatif (ileus paralitik).

d.  Makanan/cairan :
Kesulitan menelan (gangguan reflek palatum dan faringeal).
e.   Nyeri/kenyamanan        :
Tingkah laku tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot wajah.
f.   Keamanan         :
Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh (stroke kanan), kesulitan melihat objek dari sisi kiri (pada stroke kanan), tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenal dengan baik, gangguan respon terhadap panas/dingin, kesulitan menelan, kurang kesadaran diri.

g.  Interaksi sosial  :
Masalah bicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
2.  Pemeriksaan Diagnostik
a.   Angiografi Serebral : Membantu menemukan penyebab stroke dengan spesifik, seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
b.  CT scan : Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark

c.   Pungsi Lumbal : Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis, emboli serebral, dan TIA.
Tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid dan perdarahan intrakranial. Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
a.   MRI : Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, mal formasi arteri vena.
b.  EEG : Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
c.   X-Ray Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas.
d.  USG Doppler : Mengidentifikasi masalah areteriovena

2.      Diagnosa Keperawatan
1.       Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputunya aliran darah  : penyakit oklusi,  perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
  1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. penumpukan sputum (karena kelemahan, hilangnya refleks batuk)
3.      Ketidakmampuan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuscular, ketidakmampuan dalam persespi kognitif
4.      Gangguan komunikasi verbal  b.d gangguan sirkulasi serebral, gangguan neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial  / mulut, kelemahan umum / letih.
5.      Gangguan pemenuhan nutrisi b.d reflek menelan turun,hilang rasa ujung lidah
6.      Perubahan persepsi sensori b.d penerimaan  perubahan  sensori transmisi, perpaduan
7.      ( trauma / penurunan neurology), tekanan psikologis ( penyempitan lapangan persepsi  disebabkan oleh kecemasan)
8.      Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuro muskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot


DAFTAR PUSTAKA

Doenges. M.E; Moorhouse. M.F; Geissler. A.C. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan
: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol
3. Jakarta: EGC
http://fakhrudin87.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-stroke.html
5 Maret 2011).